Minggu, 14 September 2014

KATEGORI AUTIS

Kategori Autis berdasarkan intelegensia
Kategori berikut bisa dijadikan salah satu acuan dalam memilih sekolah anak autis. 

Low Functioning
Pada anak autis dengan Low Functioning, biasanya disertai dengan kemampuan bicara yang sangat minim, bahkan tidak berbicara sampai usia dewasa dan hambatan dalam memahami “konsep”. Anak autis dengan Low Funcitoning mencapai 70% dari populasi anak autis.
Anak autis yang Low Function, biasanya berkomunikasi dengan cara non-verbal. Anak mungkin hanya menggunakan bahasa tubuh yang sangat minim (misal menarik tangan untuk meminta tolong diambilkan benda yang disuka), atau anak mengkomunikasikan ketidak sukannya dengan cara tantrum. Biasanya untuk mengakomodasi hambatannya ini didunakan PECS (Picture Exchange Communication System) atau sistem komunikasi melalui pertukaran gambar. Ini ditujukan untuk anak autis yang Non-Verbal bisa tetap melakukan komunikasi, sehingga ia tidak mengkomunikasikan keinginannya dengan cara yang tidak adaptif.
Middle Functioning
Anak autis dengan medium functioning mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk memahami “konsep”. Sehingga waktu yang diperlukan untuk menguasai suatu pengtehuan (misal: tentang nama-nama benda, anggota tubuh, dll.) membutuhkan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan anak autis yang low functioning.
Pada banyak anak autis dengan medium functioning menunjukkan kemampuan berbicara, namun biasanya masih sangat terbatas dan lebih bersifat searah (misal: hanya menjawab ketika ditanya, namun tidak bisa membuat pertanyaan apabila ada hal yang tidak ia ketahui).
High Functioning
Anak dengan high functioning, mempunyai kemampuan dalam memahami konsep dengan cukup baik (untuk konsep yang tidak abstrak). Jika anak autis yang high functioning mendapatkan penangan yang tepat sejak dini, mendapat dorongan yang baik dalam keluarga, anak ini dapat hidup mandiri bahkan sampai berkeluarga.

dr Adriana S. Giananjar, M.S., psikolog menyarankan :
1. Saat ingin mencari sekolah yang tepat, lebih baik mencari informasi atau rekomendasi dari orang tua lain, yang juga memiliki anak autistik.
2. Selalu mengajak anak ketika mendaftar masuk sekolah. Ini perlu dilakukan agar pihak sekolah mengetahui kondisi anak, kemampuan anak dan tidak terjadi masalah dikemudian hari.
3. Perlu untuk mengobservasi kurikulum dan kebijakan apa yang diberlakukan untuk siswa ABK, dan juga kesiapan siswa lain menghadapi siswa ABK. Bullying (intimidasi) biasanya dialami oleh anak autistik karna tidak siapnya siswa lain menerima siswa ABK.
4. Sekolah inklusi biasanya menyediakan guru bantu untuk mendampingi siswa ABK di dalam kelas. Biasanya dibutuhkan pada saat siswa ABK berada di kelas 1-2 sekolah dasar. Seiring perkembangan, biasanya guru bantu perlahan tidak dibutuhkan oleh mereka.
5. Guru bantu memiliki tugas khusus untuk memfasilitasi kesulitan yang mungkin dialami oleh siswa ABK saat proses belajar mengajar berlangsung. Misalnya, guru membantu anak menemukan halaman mana yang harus dibuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar